Bagikan ke:

Pemberian vaksin Covid-19 merupakan salah satu upaya untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19. Vaksin Covid-19 terbukti dapat meredam virus SARS-CoV-2. Hal tersebut yang kemudian dapat menciptakan herd immunitiy atau kekebalan kelompok.   

Vaksin Covid-19 diberikan melalui tiga tahapan, yaitu dosis 1, dosis 2, dan booster. Di Indonesia, capaian vaksin dosis 1 dan 2 sudah hampir mencapai 90% dari total populasi. Menurut data Kementrian Kesehatan Indonesia hingga 4 Maret 2022, total vaksinasi dosis 1 mencapai 191.632.198 populasi atau 92.01%. Sementara itu, vaksin dosis 2 telah mencapai 146.577.204 atau 70.38% dan booster 11.466.461 atau 5.51% dari total populasi.

Rendahnya presentase vaksin booster di Indonesia dapat dimaklumi, karena pemberiannya baru dimulai pada 12 Januari 2022. Setidaknya terdapat 5 jenis vaksin yang dijadikan booster oleh pemerintah, yaitu Coronavac PT Bio Farma (Sinovac), AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax.

Vaksin booster dapat diberikan setelah 6 bulan pemberian vaksin dosis 2. Sama halnya dengan dosis 1 dan 2, pemberian vaksin booster juga rentan menimbulkan efek samping. Efek samping vaksin booster pada setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis vaksin yang diberikan dan kondisi tubuh pasien.

5 JENIS DAN EFEK SAMPING VAKSIN BOOSTER

Vaksin Coronavac PT Bio Farma (Sinovac)

Sinovac adalah vaksin jenis pertama yang mendapatkan izin dari pemerintah sebagai booster atau dosis lanjutan homolog. Sinovac sebanyak 1 dosisi dapat diberikan setelah 6 bulan dari vaksinasi lengkap Sinovac (pemberian vaksin 1 dan 2).

Vaksin jenis Sinovac dapat diberikan kepada warga yang telah berusia 18 tahun keatas. Pemberian vaksin Sinovas sebagai booster, terbukti dapat meningkatkan titer antibodi netralisasi sebanyak 21-23 kali setelah 28 hari pemberian.

Efektifitasnya yang cukup baik dalam meningkatkan antibodi, membuat Sinovac cocok dijadikan vaksin booster. Akan tetapi, terdapat beberapa efek samping vaksin Sinovac sebagai booster yang perlu diwaspadai.

Bagi Anda yang mendapatkan vaksin booster Sinovac, efek samping berupa nyeri di area suntikan dapat terjadi. Umumnya nyeri tersebut memiliki tingkat keparahan grade satu atau dua. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengkompres air dingin pada area suntikan yang nyeri.

Vaksin Pfizer

Vaksin jenis Pfizer dapat dijadikan sebagai booster apabila pasien telah menerima dosis lengkap vaksin Pfizer setelah 6 bulan. Sama seperti vaksin Sinovac, Pfizer juga dapat diberikan kepada pasien dengan umur 18 tahun keatas.

Pemberian vaksin booster Pfizer terbukti efektif meningkatkan titer anitibodi netralisasi sebesar 3,29 kali setelah 1 bulan pemberian. Hal ini membuat Pfizer pantas dijadikan pilihan vaksin booster.

Sama halnya dengan jenis vaksin Covid-19 lainnya, pemberian booster Pfizer juga menimbulkan beberapa efek samping. Efek samping vaksin Pfizer antara lain nyeri di area suntikan, nyeri otot dan sendi, serta demam.

Apabila Anda mengalami efek samping setelah pemberian vaksin Pfizer, jangan panik dan tetaplah tenang. Anda bisa mencoba melakukan beberapa perwatan mandiri di rumah. Kompres dengan air dingin area suntikan yang nyeri, kompres air hangat pada dahi jika demam, atau bertanya kepada petugas vaksin akan rekomendasi obat-obatan untuk mengatasinya.

Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kcnecavac)

Menggunakan AstraZeneca dapat dilakukan setelah 6 bulan pemberian dosis lengkap vaksin tersebut. Vaksin AstraZeneca dapat diberikan kepada pasein berusia 18 tahun keatas.

Pemberian vaksin AsreaZeneca sebagai booster atau dosis lanjutan homolog terbukti dapat meningkatkan titer antibodi IgG. Titer antibodi IgG setelah booster bisa mencapai 3746, dibandingkan sebelum pemberian sebesar 1792.

Sama halnya dengan vaksin Covid-19 lainnya, AstraZeneca juga dapat menimbulkan efek samping dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang. Pada umumnya, sebanyak 55 persen pasien mengalami efek samping ringan. Sebanyak 37 persen lainnya mengalami efek samping dengan tingkat keparahan sedang.

Efek samping setelah vaksinasi booster AstraZeneca dapat berupa nyeri di area bekas suntikan, tidak enak badan, merasa lelah, demam atau menggigil, sakit kepala, mual, dan nyeri sendi. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan perawatan mandiri, mengkonsumsi obat yang direkomendasikan oleh petugas vaksin, atau berkonsultasi dengan dokter jika kondisi memburuk.

Vaksin Moderna

Berbeda dengan vaksin jenis lainnya, Moderna dapat digunakan sebagai booster homolog maupun heterolog. Mereka yang telah divaksin lengkap dengan Moderna, AsraZeneca, Pfizer, atau Jeenssen dapat menerima jenis vaksin ini sebagai booster.

Moderna dapat diberikan kepada pasien yang telah menerima vaksinasi lengkap sekurang-kurangnya 6 bulan. Pemberian vaksin Moderna sebagai booster dapat dilakukan kepada pasien berusia 18 tahun ke atas dengan takaran setengah dosis.

Vaksin booster Moderna terbukti dapat meningkatkan imun antibodi netralisasi. Jika digunakan sebagai booster homolog, vaksin Moderna dapat meningkatkan imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali.

Bagi Anda yang mnerima booster Moderna, mungkin akan mengalami efek samping setelah vaksin diberikan. Efek samping seperti nyeri di area suntikan, demam, pegal, dan mual dapat terjadi setelah pemberian dosis booster.

Vaksin Zifivax

Sama halnya dengan vaksin Moderna, Zifivax juga dapat digunakan sebagai booster heterolog. Bagi pasien yang telah menerima dosis lengkap vaksin Sinovac sekurang-kurangnya 6 bulan, dapat menerima Zifivax sebagai booster.

Vaksin Zifivax sebagai booster dapat diberikan kepada pasien berusia 18 tahun ke atas dengan dosis penuh. Pemberian vaksin Zifivax terbukti dapat meningkatkan titer antibodi netralisasi lebih dari 30 kali.

Setelah pemberian booster Zifivax, pasien mungkin akan mengalami efek samping. Beberapa efek samping yang bisa muncul seperti nyeri di area suntikan, sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot, batuk, mual, hingga diare dengan tingkat keparahan grade 1 ataupun 2.

Bagi Anda yang mengalami efek samping setelah pemberian booster Zifivax, bisa ditangani dengan istirahat yang cukup dan mengkonsumsi obat yang direkomendasikan petugas vaksin. Adapun jika efek samping yang dirasakan semakin memburuk dan tidak kunjung sembuh, maka segera periksa ke dokter.

Itulah beberapa efek samping yang bisa Anda rasakan jika menerima vaksin booster. Efek samping yang dirasakan antara Anda dan yang lainnya mungkin akan berbeda, walaupun mendapatkan jenis vaksin yang sama. Akan tetapi yang perlu diingat adalah jika gejala efek samping tidak kunjung sembuh dan semakin parah, segeralah temui dokter.

Uraian mengenai efek samping pemberian vaksin booster diatas bukan bermaksud untuk menakut-nakuti. Akan tetapi, berusaha memberikan edukasi agar masyarakat lebih mempersiapkan diri sebelum menerima vaksin booster.

Biar bagaimanapun selain penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), vaksinasi penting untuk dilaksanakan. Sebab vaksinasi secara lengkap ditambah dengan booster terbukti dapat meningkatkan titer antibodi netralisasi. Hal tersebut yang pada akhirnya dapat membentuk kekebalan kelompok dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Jadi bagi Anda yang belum menerima booster, atau bahkan vaksin dosis lengkap, ayo segera vaksin. Ingat bahwa efek samping vaksin bukan penghalang kita untuk terus berupaya melawan Covid-19.

Sumber Referensi:

Kementrian Kesehatan RI. 2022. “Vaksinasi Covid-19 Nasional”, https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines, diakses pada 11 Maret 2022.

Aida, Nur Rohmi. 2022. “Efek Samping Vaksin Booster: Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna”, https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/23/123000265/efek-samping-vaksin-booster–sinovac-pfizer-astrazeneca-dan-moderna, diakses pada 11 Maret 2022.

Solahuddin, Gazali. 2022. “Berikut Efek Samping 5 Vaksin Booster yang Digunakan di Indonesia”, https://health.grid.id/read/353124594/berikut-efek-samping-5-vaksin-booster-yang-digunakan-di-indonesia, diakses pada 11 Maret 2022.

Primarya Hospital Karawang. 2022. “Vaksin Booster: Efek Samping dan Cara Mengatasinya”, https://primayahospital.com/covid-19/vaksin-booster/, diakses pada 11 Maret 2022.

Komentar