Anak yang terlihat gemuk memang sangat menggemaskan, namun kondisi ini bisa juga menjadi tanda anak mengalami obesitas. Obesitas sendiri adalah kondisi dimana terjadi penumpukan lemak dalam tubuh sehingga membuat anak kelebihan berat badan. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab obesitas pada anak.
Selain itu, obesitas yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi. Menurut data dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 kemarin, saat ini kurang lebih 3,8 persen anak Indonesia mengalami obesitas.
Angka tersebut menjadi indikator yang mengharuskan Anda terus mengawasi pertumbuhan anak-anak agar bisa terhindar dari resiko obesitas.
Apa saja kondisi yang dapat menentukan obesitas pada anak?
Kabar baiknya, tidak semua anak dengan berat badan berlebih bisa disebut menderita obesitas. Untuk menentukan apakah anak obesitas atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan Indeks Masa Tubuh (MIT) dengan perhitungan berdasarkan tinggi dan berat badan anak.
Kementerian Kesehatan Indonesia menentukan berat badan yang ideal untuk anak dibawah usia 5 tahun sebagai berikut:
Usia | Anak laki-laki | Anak perempuan |
1 tahun | 7,7 – 12 kilogram | 7 – 11,5 kilogram |
2 tahun | 9,7 – 15,3 kilogram | 9 – 14,8 kilogram |
3 tahun | 11,3 – 18,3 kilogram | 10,8 – 18,1 kilogram |
4 tahun | 12,7 – 21,2 kilogram | 12,3 – 21,5 kilogram |
5 tahun | 14,1 – 24,2 kilogram | 13,7 – 24,9 kilogram |
Jika anak Anda memiliki berat badan lebih dari rentang yang ada dalam table di atas, bisa jadi dia mengalami obesitas. Lebih lanjut lagi, menurut IDAI seorang anak bisa disebut obesitas saat berat badannya lebih dari +3 SD grafik pertumbuhan.
Sementara itu, berat badan yang ideal untuk anak usia di atas 5 tahun bisa dilihat dalam tabel di bawah ini:
Usia | Laki-laki | Perempuan | ||
Tinggi badan | Berat badan | Tinggi badan | Berat badan | |
6 | 116 cm | 21 kg | 115 cm | 20 kg |
7 | 122 cm | 23 kg | 122 cm | 23 kg |
8 | 128 cm | 26 kg | 128 cm | 26 kg |
9 | 134 cm | 29 kg | 133 cm | 29 kg |
10 | 139 cm | 32 kg | 138 cm | 33 kg |
11 | 144 cm | 36 kg | 144 cm | 37 kg |
12 | 149 cm | 41 kg | 152 cm | 42 kg |
Anda dapat menentukan apakah anak Anda memiliki berat badan yang sehat dengan melakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (BMI). Ini adalah cara perhitungan yang membandingkan berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan anak dalam satuan meter kuadrat.
Jika hasilnya ada berada di antara 23 sampai 29,9 maka Anak anda memiliki kecenderungan obesitas. Namun jika angkanya lebih dari 30, makan anak Anda mengalami obesitas.
Penyebab obesitas pada anak
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab obesitas pada anak yang harus Anda ketahui. Berikut penjelasan singkatnya:
Makanan tidak sehat
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kalori yang tinggi, lemak jenuh, dan gula adalah salah satu penyebab obesitas pada anak. Oleh karena itu, sebaiknya segera kurangi makanan cepat saji dan minuman ringan pada anak. Meskipun ini mungkin akan sedikit menantang karena anak cenderung menyukai makanan dengan tampilan serta rasa yang menarik.
Kurang olahraga
Penyebab berikutnya adalah kekurangan olahraga atau jarang bergerak. Saat anak lebih banyak diam, jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuhnya lebih banyak daripada kalori yang terbakar.
Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan kalori yang berubah menjadi jaringan lemak di dalam tubuh sehingga memicu obesitas.
Faktor genetik
Selanjutnya adalah faktor genetik. Dengan kata lain, anak yang anggota keluarganya memiliki riwayat obesitas lebih berpotensi memiliki berat badan yang berlebih. Namun faktor genetik bukan satu-satunya penyebab dalam konteks ini.
Sebab bisa saja pola makan serta minimnya aktivitas fisik yang dilakukan anak bersama anggota keluarga lain menjadi penyebabnya.
Faktor psikologis
Terkadang, anak-anak cenderung mengatasi stress atau bosan dengan mengkonsumsi makanan cepat saji, permen, coklat, atau minuman manis secara berlebihan. Kebiasaan yang satu ini juga bisa menjadi penyebab obesitas pada anak yang harus Anda waspadai.
Apa saja gejala obesitas pada anak?
Anak-anak yang mengalami obesitas biasanya menunjukan beberapa gejala yang harus Anda waspadai, seperti:
- Sembelit
- Merasa sesak napas saat melakukan kegiatan fisik
- Terjadi penumpukan lemak khususnya di daerah dada
- Muncul stretch mark di area punggung sampai panggul
- Pernapasan terhenti saat tidur atau Sleep Apnea
- Muncul kulit gelap di area sekitar leher dan area lain (akantosis nigrikans)
- Untuk anak laki-laki dapat menyebabkan keterlambatan pubertas
- Untuk anak perempuan dapat menyebabkan pubertas dini
- Menderita penyakit GERD
Gejala-gejala tersebut jika tidak diatasi dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak Anda. Oleh karena itu, segera ajak anak untuk periksa ke dokter ketika Anda menemukan gejala di atas.
Masalah yang timbul akibat obesitas
Obesitas pada anak juga dapat mempengaruhi pertumbuhannya serta berbagai masalah kesehatan yang umumnya hanya dialami oleh orang-orang dewasa. Contohnya kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, atau gangguan pertumbuhan.
Di samping itu, masih ada beberapa masalah lain yang bisa timbul saat anak mengalami obesitas.
Komplikasi kesehatan
Secara umum, obesitas pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan penyakit degeneratif, seperti:
- Gejala pradiabetes yang membuat kadar glukosa di dalam darah meningkat sebab anak tidak dapat mencerna glukosa dengan optimal
- Sindrom metabolik atau sekumpulan gejala perkembangan penyakit degeneratif pada anak (tekanan darah tinggi, rendah kolesterol, atau penumpukan lemak di area perut).
- Gejala asma yang disebabkan oleh inflamasi pada sistem kardiovaskular anak.
- Gangguan tidur atau sleep apnea
- Hepatic steatosis atau liver berlemak
- Pubertas dini
Gangguan pada pertumbuhan muskuloskeletal
Masalah yang dapat timbul akibat obesitas pada anak yang berikutnya biasanya terjadi pada pertumbuhan sendi, otot, serta tulang, diantaranya:
- Slipped capital femoral epiphysis (SCFE) atau tulang paha yang mundur ke belakang karena tidak dapat menahan berat badan anak
- Blount atau kaki bengkok yang diakibatkan oleh pertumbuhan hormon serta tekanan terlalu berat pada kaki anak saat masa pertumbuhan
- Patah tulang karena bobot tubuhnya terlalu berat sehingga melemahkan kekuatan tulang
- Flat fleet atau telapak kaki rata
- Gangguan koordinasi atau kesulitan menggerakan dan menyeimbangkan anggota tubuh
Masalah interaksi sosial
Biasanya, anak yang mengalami obesitas mendapatkan stigma negatif serta kurang bisa diterima oleh teman-teman seusianya. Mereka cenderung menerima perilaku diskriminatif, pandangan negatif, bahkan sampai bullying akibat kondisi badan mereka.
Kondisi interaksi sosial yang buruk ini dapat menimbulkan sifat tidak percaya diri yang membuat anak menarik diri dari lingkungannya. Pada akhirnya, anak akan lebih memilih untuk berdiam diri di rumah daripada bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Gangguan psikologis
Selain rasa tidak percaya diri, masalah dalam interaksi sosial yang dialami anak juga dapat menyebabkan gangguan psikologis lainnya seperti minder, depresi, atau masalah perilaku serta gangguan dalam belajar.
Kemungkinan paling buruk yang dapat terjadi dari kondisi ini adalah anak akan kehilangan semangat untuk menjalani aktivitas sehari-harinya yang akan memperparah obesitas yang dialaminya.
Solusi untuk obesitas pada anak
Obesitas sebenarnya terjadi saat energi yang dikonsumsi oleh tubuh anak lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan. Untuk mengatasinya, Anda dapat melakukan 4 solusi berikut ini:
Membiasakan anak makan sesuai dengan usianya
Cara mengatasi obesitas pada bayi yang berusia 0 sampai 2 tahun tentunya berbeda dengan anak yang usianya 6 sampai 7 tahun. Karena, saat usia 0 sampai 2 tahun tersebut, bayi masih berada dalam proses pertumbuhan liner.
Dengan kata lain, status gizi anak di masa depan sangat ditentukan oleh kondisi kesehatannya saat ini. Jadi Anda perlu mengetahui cara mengatasi obesitas sesuai dengan usianya.
Untuk bayi, caranya bisa dengan mengembalikan porsi serta jadwal makan bayi jika dia berada dalam fase MPASI. Selain itu, frekuensi makan juga harus ikut disesuaikan. Tujuannya agar bayi tidak kekurangan gizi yang bisa menghambat pertumbuhannya.
Namun Anda juga harus memastikan bahwa perubahan ini tidak membuatnya jadi susah makan.
Makan dengan menu yang seimbang
Umumnya anak-anak memerlukan minimal 5 porsi buah-buahan serta sayuran setiap harinya. Ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan vitamin anak. Selain itu, hal ini juga bisa memenuhi kebutuhan serta anak sehingga dia bisa terhindar dari konstipasi.
Susu rendah gula
Membatasi pemberian gula pada anak juga dapat mencegah serta mengatasi obesitas. Contohnya dengan memberikan susu rendah gula dengan kandungan gizi yang lengkap pada anak.
Cara ini terbukti efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, termasuk yang diperlukan untuk pertumbuhan otak. Selain itu, resiko obesitas karena konsumsi gula berlebih juga bisa dihindari dengan cara ini.
Melakukan Olahraga bersama-sama
Untuk membiasakan anak banyak bergerak, Anda dapat mengajaknya melakukan aktivitas fisik bersama-sama, seperti olahraga ringan di pagi atau sore hari.
Aktivitas fisik ini bisa membantu anak untuk bergerak lebih aktif serta membakar kalori yang dikonsumsi setiap harinya. Contoh olahraga yang bisa Anda lakukan diantaranya berenang, berjalan santai, atau bersepeda.
Baca Juga :Waspada Diabetes pada Anak