Tekanan pekerjaan yang kerap menguras tenaga dan pikiran seringkali membuat para pekerja muda merasa tertekan. Mulai dari jobdesk yang tidak ada habisnya, deadline yang menunggu, weekly meeting, laporan-laporan, meeting dengan atasan atau klien, tuntutan dari atasan, sampai politik di lingkungan kerja.
Salah satu cara yang dipilih oleh mayoritas pekerja muda untuk melepaskan diri dari tekanan tersebut adalah retail therapy. Ini merupakan cara meredakan stres dengan berbelanja agar muncul perasaan gembira dari membeli sesuatu untuk diri sendiri.
Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya order makanan online, nongkrong di cafe saat weekend atau setelah jam kerja, checkout barang di marketplace, atau shopping di mall.
Menurut penelitian yang dilakukan di University of Michigan, cara ini empat puluh kali lebih efektif untuk memberikan sensasi “memegang kendali” dan membuat diri sendiri tiga kali lebih gembira dibanding melihat-lihat katalog atau window shopping.
Dengan kata lain, cara ini efektif untuk meredakan stres saat bekerja namun perlu diimbangi dengan kontrol yang baik agar tidak membahayakan dompet. Bijak dalam berbelanja merupakan langkah awal yang bisa Anda lakukan, sebab aktivitas ini sifatnya konsumtif. Jadi sangat mungkin menguras dompet bahkan tabungan kamu.
Lalu, bagaimana cara menjadi bijak saat berbelanja saat Anda ingin melepaskan stres? Simak tips belanja saat stres di bawah ini agar dompet Anda tetap aman.
Atur budget dengan teliti
Cara pertama dan paling mudah untuk mengendalikan keinginan berbelanja Anda adalah dengan mengatur bujet. Atur semuanya dengan teliti, mulai dari perencanaan anggaran yang tepat.
Misalnya, Anda boleh punya hobi belanja atau jajan, selama dilakukan secara sadar. Artinya tidak impulsif. Dan yang pasti harus sesuai dengan kemampuan dompet. Nah untuk memulainya, coba alokasikan anggaran khusus untuk kegiatan tersebut. Lebih baik lagi kalau Anda punya rekening shopping sendiri.
Rekening ini bisa langsung Anda alokasikan saat gajian setiap bulan. Besaran nya tergantung, sesuaikan saja dengan kebutuhan Anda. Akan tetapi, nominal yang bisa ditoleransi yakni sebesar 5% sampai 10% setiap bulannya.
Jadi bila Anda punya gaji Rp5 juta setiap bulannya, sisihkan sekitar Rp250.000 sampai Rp1 juta untuk dimasukan ke dalam rekening shopping tadi. Dengan adanya rekening khusus ini, Anda tidak akan merasa terlalu bersalah saat mengeluarkan uang untuk kesenangan pribadi.
Di samping itu, anggaran ini cukup membantu untuk membatasi nafsu belanja yang kerap tidak terkontrol. Jadi saat bujet yang Anda alokasikan sudah habis, Anda bisa menahan diri agar tidak membobol alokasi anggaran yang lainnya.
Nah, sambil menunggu datangnya kesempatan belanja di bulan berikutnya, coba lakukan kegiatan lain yang bisa melepaskan stres namun tidak membutuhkan uang. Seperti berolahraga atau jalan-jalan santai di pagi hari saat libur.
Lebih cerdik saat berbelanja
Menurut survei yang dilakukan oleh iPrice pada Januari 2018, banyak sekali orang Indonesia yang senang berbelanja online saat berada di kantor. Di dalam survei tersebut, ditemukan bahwa puncak transaksi belanja online di Indonesia ada pada jam 11.00 sampai menjelang waktu istirahat saat week days.
Di samping itu, mayoritas aktivitas ini dilakukan menggunakan desktop atau komputer PC. Artinya belanja online terbukti ampuh untuk melepaskan stres di tengah tuntutan kerja yang tidak ada habisnya.
Sayangnya, saat dilakukan seenaknya, aktivitas ini justru membahayakan kesehatan dompet Anda. Terlebih jika Anda mulai mengandalkan kartu kredit untuk memuaskan hobi yang satu ini.
Untuk mencegah hal itu terjadi, jadilah orang yang cerdik saat berbelanja online. Contohnya, sebelum membayar barang pilihan Anda, jalankan teknik wishlist terlebih dulu. Masukkan dulu barang-barang yang Anda inginkan ke dalam keranjang, kemudian diamkan beberapa saat.
Tidak harus terburu-buru untuk menyelesaikan transaksi. Terkadang, Anda mungkin hanya perlu hiburan kecil yang bisa didapatkan dengan window shopping. Lagipula teknik ini memberikan Anda waktu untuk berpikir kembali, apakah barang yang sudah Anda pilih memang sangat harus dibeli saat itu juga?
Jangan latah
Tak jarang, seseorang menjadi lebih boros karena latah mengikuti orang lain alias takut ketinggalan trend. Misalnya, teman-teman di kantor Anda membeli sepatu baru dan menarik perhatian banyak orang. Saat mengetahui harga sepatunya ternyata bisa Anda beli, Anda segera memboyongnya ke rumah.
Contoh lainnya adalah enggan menolak saat diajak hangout oleh rekan kerja setelah jam kantor selesai padahal bujet sudah menipis karena keperluan yang lain. Perasaan dianggap tidak gaul atau Fear of Missing Out (FOMO) sangat mudah dirasakan oleh anak muda dan menjebak mereka ke dalam kebiasaan konsumtif yang membahayakan.
Berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh Credit Karma pada tahun 2018 yang lalu, sekitar 40% generasi milenial Amerika Serikat sudah terjebak hutang kartu kredit karena tidak ingin ketinggalan tren dari teman-temannya.
Berbelanja akibat dorongan FOMO ini sama seperti bom waktu, Anda hanya tinggal menunggu kegiatan ini menjadi masalah keuangan yang besar saat waktunya tiba.
Bawa bekal makan siang ke kantor
Ini memang terasa tidak praktis di jaman sekarang karena sudah ada jasa food delivery yang sangat mudah. Namun cara ini sangat ampuh untuk mengendalikan pengeluaran di kantor.
Yang lebih penting, membawa bekal juga lebih sehat bagi tubuh dan dompet Anda. Mari kita lakukan kalkulasi sederhana untuk membuktikannya.
Anggaplah Anda bekerja di Jakarta yang orang-orangnya menghabiskan minimal Rp25 ribu untuk satu porsi menu makanan sederhana di warteg. Jika makanannya beli dari restoran, minimal bujet yang dibutuhkan menjadi Rp100 ribu.
Anda merupakan orang yang rutin makan siang di warteg karena jaraknya lebih dekat dari kantor. Maka pengeluaran Anda selama satu bulan adalah Rp25 ribu x 20 hari kerja atau sekitar Rp500 ribu. Ini masih belum termasuk jajan cemilan lain seperti kopi, gorengan, atau yang lainnya.
Dengan kata lain, jika Anda rajin membawa bekal makan siang, maka uang tersebut bisa Anda gunakan untuk keperluan yang lain. Seperti berinvestasi, ditabung untuk modal usaha, atau membeli polis asuransi kesehatan.
Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan membatasi frekuensi membeli makan siang. Misalnya dalam satu minggu, Anda hanya akan membeli makan siang satu kali saja. Sisanya bawa bekal dari rumah.
Stres memang triger yang tepat untuk membuat Anda belanja secara impulsif. Keadaan ini jelas akan mengganggu kesehatan dompet setiap bulan. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan tips-tips di atas agar Anda tidak harus menguras dompet saat stres melanda.
Jauh lebih baik lagi jika Anda mengalihkan pengeluaran tersebut untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat untuk diri sendiri serta karir. Misalnya mengikuti bootcamp pelatihan yang sekarang semakin mudah ditemui. Cara ini akan membuat skill Anda bertambah dan bisa mendatangkan penghasilan tambahan untuk Anda sendiri. Terdengar lebih menarik, bukan?
Baca Juga: Tips Persiapan Sebelum Menikah Agar Penuh Energi Positif