Bagikan ke:

Abses peritonsil adalah salah satu penyakit pada rongga mulut yang terbentuk dari komplikasi tonsilitis atau radang amandel yang tidak menerima perawatan dengan baik. Hal ini kemudian menyebabkan infeksi menyebar ke jaringan lunak di sekitar tonsil. 

Jika dilihat dari asal katanya, penyakit ini berarti timbulnya abses atau nanah pada tonsil (amandel) diakibatkan infeksi bakteri. Penyakit ini umum ditemui pada anak-anak, remaja, hingga dewasa serta orang dengan kebiasaan merokok. 

Angka kejadian pada penyakit abses peritonsil berdasarkan usia banyak menyerang pada usia 15 tahun sampai dengan 35 tahun, berdasarkan jenis kelamin belum ada literatur yang menggambarkan tentang perbedaan jumlah kejadian abses peritonsil  pada  laki-laki  dan perempuan, namun di AS ditemukan 30  kasus abses peritonsil per 100.000 penduduk pertahun, sementara di Indonesia belum ada data tentang jumlah abses  peritonsil secara pasti. 

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, ditemukan bahwa negara maju lebih rendah angka morbiditasnya dibanding negara berkembang. Pasalnya di sana penanganan abses parafaring dilakukan lebih cepat dengan bantuan peralatan medis yang lebih modern. 

Di sisi lain, perkembangan antibiotik pun sudah lebih maju. Belum lagi protokol penanganan serta teknik operasi yang sudah lebih baik. Lantas, apa saja yang termasuk faktor resiko abses peritonsil?

Beberapa faktor-faktor yang dapat meningkatkan probabilitas kejadian abses peritonsil diantaranya infeksi pada gusi, periodontitis (komplikasi radang gusi), radang amandel kronik (tonsillitis), kebiasaan merokok, leukemia, maupun deposit kalsium pada tonsil (amandel). Abses peritonsil bisa menyerang satu sisi amandel maupun kedua sisinya, serta sering menyebar ke sisi belakang amandel, hingga leher dan dada. 

Penyebab dan Gejala Abses Peritonsil

Umumnya, abses peritonsil disebabkan oleh infeksi bakteri yang sama dengan penyebab radang tenggorokan, yakni streptokokus. Streptokokus adalah bakteri dengan bentuk menyerupai rangkaian rantai (kokus) yang paling sering menyebabkan infeksi pada jaringan lunak di sekitar amandel. Bakteri ini dapat menyebar dari kelenjar amandel yang terinfeksi ke berbagai jaringan atau organ tubuh lain. 

Selain penyebab dan faktor resikonya, gejala dari abses peritonsil yang perlu diwaspadai diantaranya:

  1. Keluhan pada tubuh seperti demam dan menggigil.
  2. Keluhan pada mulut seperti sakit tenggorokan pada satu atau kedua sisi. 
  3. Sulit menelan dan nyeri saat membuka mulut diakibatkan oleh radang pada area belakang mulut. 
  4. Produksi air liur yang berlebih, dan pembesaran kelenjar getah bening pada area leher. 
  5. Keluhan lain seperti suara parau, telinga yang nyeri pada sisi pembengkakan, serta sakit kepala.

Komplikasi Penyakit Abses Peritonsil 

Abses peritonsil memiliki angka kejadian yang cukup  tinggi dan dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti dapat meluas ke  daerah  parafaring,  daerah intrakranial  dan  bila  abses tersebut pecah spontan bisa terjadi perdarahan serta terjadinya mediastinitis yang dapat menimbulkan kematian. Hal ini kemungkinan bisa terjadi jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat pada penderita.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa abses peritonsil dapat menyebabkan pembengkakan pada satu atau kedua sisi amandel, bahkan dapat menyebabkan pembengkakan sampai ke bagian leher dan dada. Bila hal ini terjadi, abses peritonsil akan menyebabkan komplikasi seperti gangguan pernafasan yang cukup berbahaya.

Selain masalah pada kesulitan bernapas, penderita dengan abses peritonsil akan mengalami gangguan fungsi mulut seperti kesulitan menelan, makan, dan minum. Hal ini tentu berbahaya ketika penderita kekurangan nutrisi dan cairan yang masuk ke tubuh hingga menyebabkan dehidrasi. 

Pada kasus yang parah, meskipun jarang terjadi, abses peritonsil dapat mempengaruhi kesehatan penderita secara umum. 

Akibat abses peritonsil yang membesar dan berakibat pada penyempitan jalan napas diantaranya adalah infeksi paru, penyumbatan pada jalan napas, infeksi yang menyebar ke bagian tubuh seperti leher sampai dada, kejadian infeksi darah/sepsis, pneumonia, meningitis, endocarditis, hingga kejadian benjolan abses yang pecah jika tidak segera menerima perawatan intensif. 

Penegakan diagnosis dan Penanganan pada Abses Peritonsil

Abses peritonsil pada dasarnya dapat dilihat dengan pemeriksaan fisik pasien, juga ditambah dengan hasil wawancara dengan pasien/penderita. Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter seperti melihat langsung kedalam rongga mulut menggunakan senter untuk memastikan bagian yang mengalami radang, juga pemeriksaan lain seperti penekanan pada bagian abses untuk melihat adanya nanah pada daerah pembengkakan. 

Selain pemeriksaan fisik dan wawancara sebagai pemeriksaan dasar, perlu pemeriksaan pendukung untuk menegakkan diagnosis abses peritonsil. Caranya adalah dengan melakukan aspirasi pada daerah peritonsil tersebut, yaitu pada daerah yang paling menonjol dan lunak, menggunakan jarum berukuran besar. 

Beberapa pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan dengan USG, pemeriksaan rontgen, MRI, maupun CT Scan.  

Penanganan Abses Peritonsil 

Penanganan pada abses peritonsil di masa awal dengan derajat ringan dapat diobati dengan pemberian antibiotik dan obat pereda nyeri. Apabila telah dilakukan observasi dengan pengobatan klinis tidak berhasil atau belum ada tanda-tanda perbaikan, maka disarankan untuk melakukan beberapa cara lain, yaitu: 

  1. Kultur bakteri abses untuk penegakan diagnosis yang lebih baik
  2. Pemberian medikasi/antibiotik yang lebih efektif bagi kesembuhan pasien.

Namun pemberian antibiotik juga harus diperhatikan, sebab untuk penggunaan dalam waktu lama tanpa perbaikan klinis dari pasien dapat menyebabkan resistensi bakteri abses peritonsil. 

Berbeda lagi pada kasus dimana abses telah berkembang dengan diameter yang cukup besar, maka medikasi berupa pembedahan sangat disarankan pada kondisi ini. Pembedahan yang dilakukan bisa berupa insisi dan drainase pada abses peritonsil untuk mengeluarkan nanah dan mengurangi pembengkakan.

Selain pemberian insisi, disarankan pembedahan tonsilektomi pada kasus penderita dengan abses peritonsil yang berulang. 

Pencegahan Abses Peritonsil

Pencegahan utama yang dapat dilakukan pada kasus abses peritonsil adalah dengan memelihara kesehatan gigi dan mulut, mengingat abses peritonsil merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, maka hal ini menjadi metode pencegahan utama. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah menyikat gigi dengan tepat dan rutin dua kali sehari, membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi, serta rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali. 

Selain menjaga kebersihan gigi dan mulut, hal lain yang bisa dilakukan adalah selalu makan dan minum yang bernutrisi dalam kadar cukup, serta rajin minum air putih. 

Terakhir, yakni mengeliminasi salah satu faktor penyebab dari abses peritonsil, yakni merokok. Dengan tidak merokok, baik aktif dan pasif, berarti anda secara langsung telah mengeliminasi satu dari sekian faktor penyebab penyakit ini.  

Itulah pembahasan lengkap mengenai penyakit abses peritonsil yang bisa menyerang siapa saja. Baik laki-laki maupun perempuan tanpa memandang usia. Semoga Informasi ini dapat memotivasi Anda untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi sehingga bisa terhindar dari penyakit tersebut.

Sumber Tulisan:

  1. https://hellosehat.com/tht/tenggorokan/abses-peritonsil/
  2. https://alodokter.com/abses-peritonsil-penyebab-dan-cara-penanganannya
  3. https://www.halodoc.com/kesehatan/abses-peritonsil

Baca Juga : Obat Sakit Tenggorokan Alami yang Aman dan Ampuh

Komentar