Tekanan pekerjaan yang kerap menguras tenaga dan pikiran seringkali membuat para pekerja muda merasa tertekan. Mulai dari jobdesk yang tidak ada habisnya, deadline yang menunggu, weekly meeting, laporan-laporan, meeting dengan atasan atau klien, tuntutan dari atasan, sampai politik di lingkungan kerja.
Salah satu cara yang dipilih oleh mayoritas pekerja muda untuk melepaskan diri dari tekanan tersebut adalah retail therapy. Ini merupakan cara meredakan stres dengan berbelanja agar muncul perasaan gembira dari membeli sesuatu untuk diri sendiri.
Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya order makanan online, nongkrong di cafe saat weekend atau setelah jam kerja, checkout barang di marketplace, atau shopping di mall.
Lalu, bagaimana cara menjadi bijak saat berbelanja saat Anda ingin melepaskan stres? Simak tips belanja saat stres di bawah ini agar dompet Anda tetap aman.
Atur bujet dengan teliti
Cara pertama dan paling mudah untuk mengendalikan keinginan berbelanja Anda adalah dengan mengatur bujet. Atur semuanya dengan teliti, mulai dari perencanaan anggaran yang tepat.
Misalnya, Anda boleh punya hobi belanja atau jajan, selama dilakukan secara sadar. Artinya tidak impulsif. Dan yang pasti harus sesuai dengan kemampuan dompet. Nah untuk memulainya, coba alokasikan anggaran khusus untuk kegiatan tersebut. Lebih baik lagi kalau Anda punya rekening shopping sendiri.
Rekening ini bisa langsung Anda alokasikan saat gajian setiap bulan. Besaran nya tergantung, sesuaikan saja dengan kebutuhan Anda. Akan tetapi, nominal yang bisa ditoleransi yakni sebesar 5% sampai 10% setiap bulannya.
Jadi bila Anda punya gaji Rp5 juta setiap bulannya, sisihkan sekitar Rp250.000 sampai Rp1 juta untuk dimasukan ke dalam rekening shopping tadi. Dengan adanya rekening khusus ini, Anda tidak akan merasa terlalu bersalah saat mengeluarkan uang untuk kesenangan pribadi.
Di samping itu, anggaran ini cukup membantu untuk membatasi nafsu belanja yang kerap tidak terkontrol. Jadi saat bujet yang Anda alokasikan sudah habis, Anda bisa menahan diri agar tidak membobol alokasi anggaran yang lainnya.
Nah, sambil menunggu datangnya kesempatan belanja di bulan berikutnya, coba lakukan kegiatan lain yang bisa melepaskan stres namun tidak membutuhkan uang. Seperti berolahraga atau jalan-jalan santai di pagi hari saat libur.
Lebih cerdik saat berbelanja
Menurut survei yang dilakukan oleh iPrice pada Januari 2018, banyak sekali orang Indonesia yang senang berbelanja online saat berada di kantor. Di dalam survei tersebut, ditemukan bahwa puncak transaksi belanja online di Indonesia ada pada jam 11.00 sampai menjelang waktu istirahat saat week days.
Di samping itu, mayoritas aktivitas ini dilakukan menggunakan desktop atau komputer PC. Artinya belanja online terbukti ampuh untuk melepaskan stres di tengah tuntutan kerja yang tidak ada habisnya.
Sayangnya, saat dilakukan seenaknya, aktivitas ini justru membahayakan kesehatan dompet Anda. Terlebih jika Anda mulai mengandalkan kartu kredit untuk memuaskan hobi yang satu ini.
Untuk mencegah hal itu terjadi, jadilah orang yang cerdik saat berbelanja online. Contohnya, sebelum membayar barang pilihan Anda, jalankan teknik wishlist terlebih dulu. Masukkan dulu barang-barang yang Anda inginkan ke dalam keranjang, kemudian diamkan beberapa saat.
Tidak harus terburu-buru untuk menyelesaikan transaksi. Terkadang, Anda mungkin hanya perlu hiburan kecil yang bisa didapatkan dengan window shopping. Lagipula teknik ini memberikan Anda waktu untuk berpikir kembali, apakah barang yang sudah Anda pilih memang sangat harus dibeli saat itu juga?
Jangan latah
Tak jarang, seseorang menjadi lebih boros karena latah mengikuti orang lain alias takut ketinggalan trend. Misalnya, teman-teman di kantor Anda membeli sepatu baru dan menarik perhatian banyak orang. Saat mengetahui harga sepatunya ternyata bisa Anda beli, Anda segera memboyongnya ke rumah.
Contoh lainnya adalah enggan menolak saat diajak hangout oleh rekan kerja setelah jam kantor selesai padahal bujet sudah menipis karena keperluan yang lain. Perasaan dianggap tidak gaul atau Fear of Missing Out (FOMO) sangat mudah dirasakan oleh anak muda dan menjebak mereka ke dalam kebiasaan konsumtif yang membahayakan.
Berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh Credit Karma pada tahun 2018 yang lalu, sekitar 40% generasi milenial Amerika Serikat sudah terjebak hutang kartu kredit karena tidak ingin ketinggalan tren dari teman-temannya.
Berbelanja akibat dorongan FOMO ini sama seperti bom waktu, Anda hanya tinggal menunggu kegiatan ini menjadi masalah keuangan yang besar saat waktunya tiba.
Bawa bekal makan siang ke kantor
Ini memang terasa tidak praktis di jaman sekarang karena sudah ada jasa food delivery yang sangat mudah. Namun cara ini sangat ampuh untuk mengendalikan pengeluaran di kantor.
Yang lebih penting, membawa bekal juga lebih sehat bagi tubuh dan dompet Anda. Mari kita lakukan kalkulasi sederhana untuk membuktikannya.
Anggaplah Anda bekerja di Jakarta yang orang-orangnya menghabiskan minimal Rp25 ribu untuk satu porsi menu makanan sederhana di warteg. Jika makanannya beli dari restoran, minimal bujet yang dibutuhkan menjadi Rp100 ribu.
Anda merupakan orang yang rutin makan siang di warteg karena jaraknya lebih dekat dari kantor. Maka pengeluaran Anda selama satu bulan adalah Rp25 ribu x 20 hari kerja atau sekitar Rp500 ribu. Ini masih belum termasuk jajan cemilan lain seperti kopi, gorengan, atau yang lainnya.
Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan membatasi frekuensi membeli makan siang. Misalnya dalam satu minggu, Anda hanya akan membeli makan siang satu kali saja. Sisanya bawa bekal dari rumah.
Stres memang triger yang tepat untuk membuat Anda belanja secara impulsif. Keadaan ini jelas akan mengganggu kesehatan dompet setiap bulan. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan tips-tips di atas agar Anda tidak harus menguras dompet saat stres melanda.
Jauh lebih baik lagi jika Anda mengalihkan pengeluaran tersebut untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat untuk diri sendiri serta karir. Misalnya mengikuti bootcamp pelatihan yang sekarang semakin mudah ditemui. Cara ini akan membuat skill Anda bertambah dan bisa mendatangkan penghasilan tambahan untuk Anda sendiri. Terdengar lebih menarik, bukan?
Kunci untuk menjaga kondisi finansial tetap stabil adalah dengan mengatur keuangan. Semua orang tentu ingin hidup dengan tenang dan aman tanpa gangguan ekonomi, namun tidak semua orang bisa mengatur keuangannya.
Karena itu, jangan heran jika Anda menemukan teman atau keluarga mengeluh tidak punya uang di akhir bulan. Biasanya orang-orang seperti mereka punya kebiasaan overspending yang mengacaukan kondisi keuangannya.
Selain kebiasaan overspending, orang-orang dengan gaji kecil juga cenderung kesulitan mengatur keuangannya. Butuh strategi yang baik dan usaha super keras agar uang yang sedikit itu bisa mencukupi semua kebutuhan. Lebih bagus kalau ada sisa yang bisa ditabung.
Keuangan yang kacau biasanya akan melahirkan kebiasaan berhutang yang akan berujung pada jurus “gali lobang tutup lobang” alias meminjam uang untuk membayar utang sebelumnya.
Kalau sudah begini, hanya tinggal menunggu waktu sampai ke titik bangkrut atau bahkan lebih parah lagi: kehidupan yang hancur. Menyeramkan sekali, bukan?
Nah, sebenarnya bagaimana cara mengatur keuangan yang baik agar tetap stabil dan tidak berakhir dengan gali lubang setiap bulannya? Cek tips-tips nya di bawah ini, ya!
Membuat catatan pengeluaran
Catatan pengeluaran adalah langkah awal dalam strategi mengatur keuangan yang baik. Dengan ini, Anda jadi tahu mana saja pengeluaran yang penting dan tidak penting. Sehingga pada akhirnya, Anda akan lebih mudah membuat anggaran bulanan yang menjadi pegangan kedepannya.
Membuat anggaran bulanan
Jika catatan pengeluaran telah Anda selesaikan, langkah selanjutnya adalah membuat anggaran bulanan. Anggaran ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola keuangan.
Dengan kata lain, Anda dapat mengalokasikan pendapatan dengan tepat dan bijak sesuai dengan kebutuhan setiap bulannya. Misalnya, pendapatan Anda setiap bulan adalah Rp2.000.000, maka bisa membuat alokasi anggaran seperti ini:
- 65% untuk kebutuhan pokok (bayar listrik, internet, kos, dan lain-lain) sebesar Rp1.300.000.
- 10% untuk Dana darurat atau sekitar Rp200.000
- 10% untuk tabungan/investasi atau Rp200.000
- 10% untuk self reward/keinginan pribadi atau Rp200.000
- 5% untuk sedekah atau Rp100.000
Hindari cicilan dan utang
Tips ketiga ini cukup krusial, apalagi jika Anda punya pendapatan yang pas-pasan setiap bulannya. Cicilan dan utang sudah dipastikan akan menguras gaji yang kamu terima, akibatnya biaya untuk kebutuhan yang lain jadi berkurang. Lantas, uang yang seharusnya cukup sampai akhir bulan, justru habis lebih cepat.
Lalu apa yang akan terjadi? Pada sebagian besar kasus, ketika seseorang ada dalam kondisi seperti itu, dia akan memilih berhutang lagi agar kebutuhannya tetap terpenuhi. Jadi pada akhirnya, gali lobang tutup lobang.
Cara paling mudah untuk menghindari hutang yaitu dengan tidak membeli barang-barang konsumtif seperti gawai, kendaraan bermotor, dan yang lainnya. Terutama dengan cara kredit. Lebih baik menabung sampai uangnya terkumpul dan membeli barang tersebut secara tunai.
Manfaatkan setiap promo yang ada
Sekarang banyak sekali toko-toko online maupun offline yang memberikan promo seperti diskon atau voucher cashback. Manfaatkan kemurahan hati mereka agar Anda bisa tetap belanja dengan harga yang lebih murah dan menghemat pengeluaran.
Menjual barang yang tidak digunakan
Mungkin Anda pernah impulsif untuk membeli barang yang kurang penting dan tidak terlalu dibutuhkan. Nah, jika ingin keuangan lebih sehat dan tabungan bertambah, coba cari barang-barang tersebut.
Setelah itu lihat kembali apakah ada barang layak pakai yang bisa Anda jual? Jika ada, segera tawarkan ke teman-teman melalui media sosial atau e-commerce. Uang hasil penjualannya bisa Anda tabung untuk keperluan di masa depan.
Biasakan untuk membeli barang bekas
Seringkali keinginan membeli suatu barang tidak bisa ditahan dalam waktu yang lama. Meski sudah menahan diri, saat menerima gaji Anda tetap gatal ingin segera membeli barang tersebut.
Jika sudah seperti ini, sebaiknya cari apakah ada orang yang menjual barang tersebut. Biasanya harga barang bekas lebih murah daripada yang baru sehingga Anda bisa tetap berhemat.
Bepergian dengan kendaraan umum
Bila gaji Anda terbatas, tentu Anda sulit membeli kendaraan pribadi. Ini bukan sesuatu yang buruk kok, karena Anda bisa bepergian menggunakan kendaraan umum. Dengan cara ini Anda dapat menekan pengeluaran dan tidak dihantui tagihan cicilan setiap bulannya.
Menjaga kesehatan
“Sehat itu mahal harganya”. Ungkapan ini benar adanya dan tidak bisa dibantah lagi. Ketika Anda sakit, Anda tidak akan dapat memperkirakan berapa biaya pengobatannya. Bisa saja memakan setengah atau bahkan semua gaji Anda.
Itulah sebabnya, jagalah kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta menerapkan pola hidup yang sehat. Anggap saja ini sebagai salah satu cara Anda menghemat pengeluaran.
Punya dana darurat
Dalam hidup akan selalu banyak kejutan yang tidak pernah bisa Anda prediksi sebelumnya. Entah itu baik atau buruk, yang bisa Anda lakukan adalah menyiapkan diri jika sewaktu-waktu ada kejadian buruk yang menimpa Anda.
Caranya bisa dengan mengalokasikan beberapa persen dari pendapatan untuk dana darurat. Jadi Anda tidak akan kesulitan mencari sumber dana saat benar-benar butuh.
Mulai berinvestasi
Beberapa tahun belakangan, topik investasi selalu ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Dulu, orang-orang menyarankan untuk menabung agar cepat kaya. Tapi sekarang, orang-orang mulai bilang bahwa investasi lebih menjanjikan.
Terlebih, menabung “hanya” akan membuat uang Anda bertambah. Sementara investasi membuatnya terus bertumbuh. Jelas berbeda, kan? Tentu saja akan jauh lebih baik lagi jika Anda melakukan keduanya.
Menabung untuk keperluan dalam jangka waktu yang pendek seperti membeli barang tertentu, liburan, dan lain sebagainya. Lalu investasi sebagai simpanan di masa depan sebab investasi dapat membuat uang Anda bertumbuh dari waktu ke waktu.
Mengatur keuangan dengan teknik 50 30 20
Ada banyak strategi mengatur keuangan yang bisa Anda terapkan. Salah satu yang paling populer dan mudah dilakukan adalah teknik 50 30 20. Berikut ini penjelasan singkat tentang teknik ini:
50% untuk kebutuhan pokok
Teknik ini menyarankan agar Anda menggunakan 50% dari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok harian. Contohnya seperti belanja bulanan, bayar listrik, air, internet, pulsa, uang transportasi, dan lain-lain.
Pastikan setengah dari gaji Anda ini cukup untuk semua kebutuhan tersebut. Nah, agar Anda tahu berapa pengeluaran setiap bulannya, gunakan catatan pengeluaran yang sudah digunakan sebelumnya. Jangan lupa, bedakan antara kebutuhan dan keinginan, ya.
30% untuk keinginan
Setelah bekerja keras selama satu bulan penuh, Anda tentu ingin mendapatkan hiburan. Untuk memenuhinya, alokasikan 30% dari gaji Anda. Akan tetapi Anda harus tetap menahan diri sebisa mungkin agar tidak menghambur-hamburkan uang.
20% untuk tabungan/investasi
20% yang terakhir bisa Anda simpan ke dalam tabungan atau gunakan untuk investasi. Hal ini akan menjadi pegangan Anda untuk mencapai tujuan-tujuan di masa depan seperti menikah atau membeli rumah.
Baca Juga: Penting! Ini 4 Tips Belanja Saat Stres Agar Dompet Tetap Aman